Juli 2020
Emirates tetap terbangkan A380. Dari 123 pesanan pesawat, dan menerima 115 pesawat A380. Model pesawat lain dari Boeing 777.
Singapore Airlines hanya memiliki 24 pesawat.
Air France KLM kehilangan 49 juta dollar, akibat menghentikan operasi
A380 dan Boeing 747 sebelum waktunya. Tapi hanya memangkas 10% armada
pesawat.
Bertahun tahun Emirates menangani A380, faslitas pemeliharaan, pelatihan kru, perbaikan kabin dan lainnya.
Seluruh penanganan A380 membuat Emirates sulit melepas tipe pesawat tersebut.
Kasus Emirates akan mencapai miliaran dollar bila menghentikan operasi A380. Memangkasnya sama saja menghilangkan 40% armada pesawat.
Rute pesawat Emirates tetap sama, berpusat di Dubai tempat transit dan terbang ke berbagai benua khusus rute lebih banyak penumpang.
Bulan Juli 2020, 2 pesawat Emirates A380 kembali terbang, tetapi tidak semua pesawat di operasikan kembali, setidaknya sampai tahun 2024 mungkin A380 Emirates akan terbang kembali
Singapore Airlines grup atau SIA memilih memarkir pesawat A380. 2 pesawat penumpang A380 dan 2 Boeing 787 dikirim ke Alice Spring Australia untuk sementara karena tidak digunakan.
SIA telah memarkir 22 pesawat : 7 Airbus A380, 3 Boeing 777-200ER untuk penerbangan jarak jauh. Anak perusahaan SIA memarkir 6 Boeing 737 dari Silk Air, 4 Airbus 320, dan anak perusahaan lain untuk low cost airlines setidaknya 2 Scoot Boeing 787 juga diparkir.
SIA hanya mengoperasikan 25 pesawat dari 200 pesawat. 7 pesawat cargo beroperasi biasa, 30 pesawat penumpang rencananya dioperasikan untuk cargo.
Sebagian lain pesawat di parkir di Changi Singapura, yang lain di taruh di luar negeri dan dirawat bila sewaktu waktu akan beroperasi kembali.
Quantas mengirim satu pesawat A380 nomor VG-OQE ke Amerika untuk parkir di
Victorville di California Selatan sebuah gurun kosong tempat parkir pesawat. Pesawat terbang nonstop 14 jam jarak 13.150km dari Melbourne, setelah parkir selama Maret 2020.
12 pesawat A380 Quantas di parkir sementara, yaitu 2 pesawat di Melbourne, 2 Sydney, 3 Los Angeles, 2 Dresden, 1 Abu Dhabi.
2 Mei 2020
MAScargo milik Malaysia Airlines, ditahun 2015 ingin mengoperasikan pesawat penumpang A380 menjadi pesawat cargo pertama.
Awal Mei 2020, pesawat A380 terbang, membawa kebutuhan barang yang dikirim dari Ghuanzhou ke Kuala Lumpur akan diteruskan ke airport Heathrow Inggris.
Pengunaan A380 karena pesawat cargo A330 MAScargo sudah tidak mencukupi.
Pesawat MAScargo dengan nomor MH04 membawa 26 ton barang seperti pesanan online, medis dan lainnya. Dan kembali ke Kuala Lumpur membawa barang lain seperti surat sampai produk farmasi.
15 tahun sejak pesawat A380 masuk pasar komersil. Tertanggal 27 April 2020, sempat hanya 1 pesawat A380 yang ada di udara.
Informasi dari FlightRadar24 menemukan hanya 1 pesawat A380 terbang milik China Southern nomor CZ328 dan tidak lama diganti ke pesawat Boeing 787-9 Dreamliner dengan nomor yang sama karena kekurangan penumpang.
Pesawat rute Los Angeles ke Guangzhou terbang selama 3 jam pada 27 April 2020.
Sebelum pandemi rata rata pesawat jet komersil mendarat dan terbang setiap 2 menit di seluruh airport dunia.
Tetapi ada 330 penerbangan Airbus A380 dilakukan setiap hari, dengan 70 destinasi.
Pesawat Airbus A380 sebagai pesawat terbesar dengan 2 tingkat.Airbus A380 diproduksi oleh Airbus S.A.S. sebuah pesawat berbadan lebar dua tingkat, dengan empat mesin yang mampu memuat 850 penumpang dalam satu kelas atau membawa 555 penumpang yang dibagi dalam 3 kelas penumpang.
Pesawat ini melaksanakan penerbangan perdana pada 27 April 2005 dan penerbangan komersial pada akhir tahun 2007.
Pesawat ini merupakan pesawat komersial (pesawat penumpang) terbesar yang pernah dibuat (dijuluki Superjumbo).
Airbus A380 dikembangkan untuk mengatasi semakin bertambah jumlah penumpang dan berkaitan kepadatan serta sistem kontrol trafik udara dengan jumlah pesawat di udara.
Pesawat yang pada awalnya dinamai A3XX kemudian resmi dengan tipe A380.
Setelah beroperasi, pesawat super jumbo-jet pertama mempunyai double-decker penuh seperti halnya competitor pertamanya Boeing 747 tapi memiliki lantai kedua di bagian depan saja.
Walaupun banyak orang berpendapat, ketika itu industri pesawat terbang belum siap menerima pesawat raksasa seperti itu.
Tetapi Airbus yakin perusahaannya dapat memperoleh keuntungan ketika jumlah pesawat ini semakin dibutuhkan pada tahun 2020.
Selanjutnya, Airbus menyatakan ada kebutuhan potensial untuk pesawat superjumbo sekitar 1.200 pesawat unit dan 300 model pengangkut tipe A380
Walaupun pesawat mempunyai ukuran yang sangat besar, A380 mengadopsi desain airliner konvensional dengan bodi pesawat silinder tetapi lebih lebar dari Boeing 747.
A380 memakai sayap yang dipasang rendah pada bodinya, memiliki 4 mesin di sepanjang bentangan sayap.
Roda pendaratannya terdiri dari 22 ban sehingga kemampuan beban setiap roda sama dengan beban Boeing 747 atau Boeing 777.
Desain tersebut membuat A380 awalnya cocok untuk landasan semua bandara udara besar.
Walau kenyataannya tidak seperti itu. Di Indonesia tidak pernah ada landasan yang siap dengan A380.
Yang menjadi masalah, bentangan sayapnya yang sangat lebar membutuhkan “taxiways” yang lebih lebar bila dua A380 saling berpapasan.
Banyak bandar udara harus membuat jembatan “jetway” tambahan penumpang untuk keluar masuk dari lantai satu dan lantai dua pesawawt. Mengakomodasi jumlah penumpang yang terlalu banyak hampir 2 kali jumlah penumpang pesawat berbadan besar satu tingkat, dan sistem penanganan bagasi perlu menghindari waktu tunggu.
Bandar udara yang baik pada jalur internasional menginvestasikan jutaan dolar untuk upgrade terminal, agar bandara bisa menerima A380 ketika beroperasi. Akan tetapi, penundaan pendanaan akan menjadi masalah utama pada semua operator penerbangan yang tertarik mengunakan A380.
Kokpit pesawat sangat mirip dengan keluarga pesawat A330/A340 juga memudahkan pelatihan pilot.
Kokpit berada di antara dek paling atas dan dek utama dengan ketinggian yang sama dengan pesawat lebih kecil agar pilot mudah beradaptasi.
Jumlah penumpang pesawat Airbus A380A380-800 rancangan awal, 555 penumpang dibagi dalam 3 kelas.
A380-800 dibagi dapat dipisahkan dengan 538 penumpang di dek utama, dan 315 di dek atas bila dibuat untuk kelas ekonomi seluruhnya
Jarak tempuh pesawat mencapai 15,700km nonstop, atau setara Hong Kong ke New York.
A380-800F rencana dibuat untuk pesawat angkut / cargo
A380-900 disain baru rencananya untuk 656 penumpang, atau maksimum 960 penumpang seluruhnya kelas ekonomi.
A380neo rencana dengan mesin baru. Tapi di 2017 rencana A380neo dibatalkan.
A380plus, versi lebih canggih dengan 13% biaya perkursi lebih rendah, dan tambahan 80 kursi penumpang, 4% lebih hemat bahan bakar, perawatan lebih lama dari model sebelumnya. Karena pesawat di rancang untuk bekerja nonstop, dan menghindari waktu perawatan.
Total 17 maskapai penerbangan awalnya memesan 195 pesawat sampai Februari 2008 dan seorang pangeran Saudi Arabia juga memesan sebuah model VIP tipe A380
Pesawat mempunyai empat mesin buatan Rolls-Royce Trent-900 yang memberikan daya dorong 36.280 kg atau empat mesin turbo Engine Alliance GP 7200 (sebuah perusahaan patungan General Electric dengan Pratt & Whitney), dengan daya dorong 37.003 kg.
Bandingkan dengan pesawat jarak pendek di Indonesia terbaru. Seperti
Boeing 737 MAX terbaru yang akhirnya dihentikan, hanya mampu membawa penumpang sekitar 200-230 orang. Airbus A380 mampu membawa 4x lebih banyak penumpang dibanding pesawat Boeing 737 MAX.
Atau tipe pesawat paling banyak di Indonesia Boeing A320-200, hanya memiliki kapasitas 180 penumpang.
Sedemikan besarnya pesawat dapat dirancang dengan tambahan pusat belanja, tempat bermain anak-anak, dan fasilitas-fasilitas lainya (semua fasilitas ini disediakan tentu saja sebagai opsi, tergantung pesanan maskapai).
Pesawat mengunakan bahan bakar lebih hemat 20% dari tipe pesawat pabrik lain.
Kenyataannya, dalam banyak penerbangan A380 hanya mencapai kapasitas 80% dari tempat duduk rata. Jadi tidak sering penuh.
Data dari laporan Airlines OneworldEmirates Airlines dengan 81 pesawat A380, mencapai load factor 76.5%
Qatar Airways dengan 6 unit pesawat A380 75%
Etihad Airways dengan 7 pesawat cukup tinggi 79,4%.
Jadi setiap terbang, pesawat Airbus A380 tempat duduk di dalam relatif ada saja yang kosong.
Mesin turbofan Rolls-Royce Trent atau Engine Alliance GP7200. Rolls-Royce Trent pada awalnya menang dalam kompetisi (dipesan lebih banyak oleh para pemesan A380).
Namun mesin dari Engine Alliance terakhir lebih banyak digunakan A380
Berapa banyak pesawat A380 ini dipesan dan diparkir
Pesanan tahun 2001 mencapai 78 pesawat. Dan pesanan pesawat A380 pertama dikirim tahun 2007.
Kembali meningkat di tahun 2013 dengan dengan 42 pesawat.
Tahun 2017, 2 pesanan pesawat dibatalkan, dan tahun 2019 pesanan 8 pesawat dibatalkan.
Sampai tahun 2018, setidaknya 232 pesawat A380 berada di udara, dari 14 operator penerbangan.
Tetapi di tahun 2019 hanya dipesan 8 pesawat dari 70 pesawat yang ditargetkan.
Operator pesawat A380
Singapore Airlines (first service on 25 October 2007)
Emirates (first service on 1 August 2008)
Qantas (first service on 20 October 2008)
Air France (first service on 20 November 2009)
Lufthansa (first service on 6 June 2010)
Korean Air (first service on 17 June 2011)
China Southern Airlines (first service on 17 October 2011)
Malaysia Airlines (first service on 1 July 2012)
Thai Airways (first service on 6 October 2012)
British Airways (first service on 2 August 2013)
Asiana Airlines (first service on 13 June 2014)
Qatar Airways (first service on 10 October 2014)
Etihad Airways (first service on 27 December 2014)
Hi Fly Malta (first service on 1 August 2018)
All Nippon Airways (first service on 24 May 2019)
Februari 2019Penjualan A380 merosot, kemungkinan produksi pesawat dihentikan dan pesanan terakhir akan dikirim dalam 2 tahun mendatang.
Airbus telah membatalkan pesanan superjumbo A380, dan memaksa tipe pesawat ini meninggalkan mimpinya mendominasi langit di abad ke 21.
Airbus akan mengirim jet A380 terakhir tahun 2021. Langkah penghentian produksi karena dampak pesanan maskapai penerbangan.
Emirates pelanggan terbesar A380 mempertimbangkan mengurangi pesanan pesawat A380. Dan beralih dengan pesawat tipe lain yang lebih kecil dan ekonomis.
Menganti 70 pesawat model lain, 40 unit pesawat A350 dan 30 unit pesawat tipe A330neo.
Emirates tetap mempertahankan A380 di udara setidaknya sampai tahun 2030an.
Armada penerbangan terbesar lain seperti Etihad juga mengungkap untuk memangkas pesanan pesawat Airbus, termasuk pesanan pesawat ke Boeing.
Ketika maskapai tidak tertarik lagi membeli A380, tentu saja pesanan pesawat mengering membuat Airbus harus mengalihkan produksi.
Sekitar 3000-3500 karyawan Airbus akan terkena dampak pengurangan produksi A380 sampai pabrik dihentikan di masa mendatang.
Pekerja di Perancis dan Jerman serta Spanyol dan Inggris akan dialihkan ke divisi lain atau PHK.
Mengapa gagalPesanan terbesar Airbus A380 adalah Emirates yang memesan 162 pesawat A380. Posisi ke 2 Singapore Airlines 24 pesawat.
Emirates akhirnya memangkas 162 pesawat menjadi 123 pesawat. Pembatalan tersebut menghilangkan harapan Airbus.
Maskapai Emirates sebagai pelanggan terbesar Airbus mundur setelah memangkas pesanan pesawat.
Berakir, CEO Airbus memutuskan untuk menghentikan produksi A380. Ke depan tentu tidak banyak lagi maskapai yang memesan.
Repot memarkir pesawat dan menangani penumpang A380
Pesawat Airbus A380 memiliki sayap lebar membentang sampai 80 meter. Bisa dibayangkan betapa sulitnya memarkir pesawat dengan bobot sangat besar di airport.
Airport mengalami perubahan, ruang taxi atau tempat antrian pesawat harus lebih luas.
Ruang tunggu lebih besar untuk menampung jumlah penumpang. Fasilitas di Airport San Francisco menghabiskan 2 miliar dollar membangun terminal baru. Airport JFK dan New Jersey menghabiskan $175 juta untuk infrastruktur bandara bagi A380. Sedangkan bandara lain tidak mau merubah dan menerima datangnya A380.
Landasan aspal pendaratan harus dibuat lebih kuat agar dapat di menahan beban A380.
Tidak sampai disana, 4 mesin pesawat dengan daya dorong yang kuat. Pengelola bandara harus mengeser / memiringkan sudut dari marka / tanda-tanda di landasan.
A380 dirancang untuk membawa penumpang lebih banyak. Dari sisi maskapai penerbangan, penerbangan dapat mengirim penumpang ke satu airport untuk hub armada mereka. Agar semua dapat berangkat bersama ke tujuan berbeda. Misal dari beberapa kota di Eropa dan transit di Timur Tengah, dan penumpang pindah dengan pesawat lain berbeda tujuan. Tidak terlalu jauh dari Singapore Airlines dengan tujuan Australia, penumpang dapat memilih maskapai yang sama untuk transit di Singapura.
Hanya rute penerbangan nonstop jarak jauh adalah pilihan terbaik mengunakan A380.
Boeing berada diatas angin dari tujuan A380.
Boeing tahu penumpang lebih suka mengambil rute lebih pendek dan langsung terbang ke tujuan.
Artinya penumpang menjadi lebih fleksibel dari jawal keberangkatan lebih bebas tanpa waktu tunggu untuk transit.
Sementara hanya penerbangan jarak jauh A380 dijadwal tersedia 1 hari di beberapa kota besar.
Sedangkan rute pendek dialihkan ke rute hub dimana pesawat transit dan penumpang langsung dapat pindah ke pesawat lain tanpa menunggu terlalu lama.
Kapasitas 500 - 800 kursi penumpang kadang tidak penuh. Bila kurangnya penumpang hanya memberikan pendapatan operator diatas titik impas.
Untuk menambah penumpang, maskapai memberikan potongan dan diskon agar mendapat lebih banyak penumpang.
Akhirnya memangkas pendapatan penjualan tiket pesawat.
Berbeda dengan pesawat kecil dengan kursi terbatas, jumlah penumpang dapat terisi penuh, dan tidak banyak terpengaruh dengan kondisi ekonomi.
Biaya bahan bakar pesawat A380 mencapai $30.000 perjam, dibanding pesawat Boeing 787-9 hanya $15.000 perjam.
Fakta bagi Airbus, membangun A380 tidak menghasilkan satu dollar keuntungan.
Alasan Airbus menghentikan A380
Airbus mampu membuat pesawat lebih cepat dari permintaan pasar. Tapi pasar tidak membutuhkan banyak A380.
A380 seharusnya menjadi pesawat menguntungkan. Karena daya angkut besar, dibanding 2 atau 3 pesawat di rute yang sama.
Pesawat lebih besar, berarti membutuhkan gerbang / gate lebih sedikit di bandara. Waktu pesawat parkir akan lebih singkat.
Banyak kursi seharusnya harga tiket lebih murah.
Dan semua orang suka terbang langsung tanpa transit.
Kesalahan terbesar A380 adalah ukuran, terlalu besar dan mendarat di bandara besar yang siap dengan A380.
Air France meninggalkan A380, lebih tertarik dengan pesawat baru.
Dibanding menambah tempat duduk dengan merubah kursi Bisnis dan Ekonomi saja.
Alasannya, bila A380 di modifikasi untuk lebih banyak penumpang, biayanya lebih besar lagi.
4 mesin pesawat yang kuat membutuhkan perawatan. Maskapai harus berinvestasi lebih banyak untuk perawatan mesin saja. Dan mesin pesawat lain yang dimiliki berbeda dengan disain A380. Komponen cadangan harus disiapkan terpisah dari pesawat tipe lain. Artinya biaya perawatan tidak efisien bila memiliki beberapa pesawat A380 saja, kecuali unit pesawat yang dimiliki cukup banyak.
Teknologi berkembang cepat, dilihat munculnya disain pesawat baru dari pesawat Boeing 787 Dreamliner dan A350 yang lebih murah.
Keduanya mengandalkan 2 mesin yang kuat tapi lebih efisien dibanding 4 mesin.
Airbus A380 mulai di parkirBeberapa maskapai yang menetapkan jadwal untuk menghapus armada A380.
Air France armada penerbangan Perancis menghentikan pengoperasian semua Airbus A380 tahun 2020
Pengumuman Air France mengikuti serangkaian pengumuman terkait jadwal pensiun A380 termasuk beberapa maskapai seperti Qatar, Qantas dan Emirates.
Air France memiliki 10 unit A380. Sempat mengoperasikan 7 pesawat, tapi di tahun 2020 semuanya sudah di ground.
Dalam sebuah pernyataan media, Air France mengutip lingkungan operasi yang kompetitif, biaya bahan bakar yang tinggi, emisi CO2 yang tinggi, biaya perawatan yang tinggi, dan kebutuhan untuk perbaikan kabin sebagai alasan yang mendorong batas pemakaian A380.
Air France telah menerbangkan A380 sejak 2009. Layanan perdana rute unggulan Paris-JFK New York 30 Oktober 2009.
Air France menawarkan kabin empat kelas dengan total penumpang 516 pada A380-nya. Termasuk 9 kursi di La Premiere, 80 kursi di kelas bisnis, 38 kursi di ekonomi premium, dan 389 kursi di kabin ekonomi.
Sementara penumpang pasti menikmati suasana yang manis ketika bersantai di kabin La Premiere.
Sedangkan konfigurasi kelas bisnis A380 Air France 2-2-2, ternyata tidak memenuhi harapan para pelancong kelas bisnis pada tahun 2019.
Air France sibuk merevitalisasi armadanya. diumumkan juga pesanan 60 pesawat Aribus tipe A220-300 pesawat. Air France juga memiliki opsi dan hak beli untuk tambahan 60 pesawat lain dari Airbus A220. .
Air France berniat untuk menggunakan A220 untuk menggantikan A318 dan A319 pada penerbangan pendek dan menengah di Eropa.
Air France saat ini mengoperasikan 9 Boeing 787, 68 Boeing 777, 15 A330, dan 5 A340.
Qantas kabarnya turunkan jadwal operasi A380.
Dari 12 pesawat A380 milik Qantas, 6 pesawat A380 akan digantikan ke ukuran lebih kecil seperti Dreamliner dan A330.
Terlebih merebaknya Corona Maret 2020 membuat penumpang pesawat turun.
6 pesawat A380 seperti rute Australia ke London, Los Angeles dan Singapura akan berhenti beroperasi. Pemindahkan penumpang dialihkan dengan 2 hub di Singapura.
Sementara rute lain Hong Kong dan Tokyo memiliki penumpang yang cukup tapi jadwal dikurangi.
Singapore Airlines
Juli 2020 memarkir 7 pesawat, 2 pada bulan Juli 2020, 4 pesawat sebelumnya sudah diparkir April 2020 di gurun Australia.
Tetapi SQ tetap memarkir pesawat dengan kondisi layak terbang yang ketat, bila sewaktu waktu akan dioperasikan kembali.
Sementara beberapa maskapai penerbangan untuk membuat A380 terbang setidaknya selama 10 tahun kedepan, dalam 5 atau 15 tahun lagi A380 akan menjadi burung raksasa yang semakin langka dilihat di udara.
A380 adalah pesawat penumpang terbesar. Tetapi sejarah akan mencatatnya sebagai kesalahan besar.
Dengan tren ke arah pesawat yang lebih kecil, lebih efisien, dan lebih gesit, mungkin perlu beberapa saat sebelum kita melihat pesawat komersial ukuran A380 yang lepas kembali dari jalur produksi.
April 2020Ada pertanyaan bila pesawat A380 tidak lagi digunakan untuk penumpang karena faktor biaya dan pesawat tidak efisien.
Mungkin kita bertanya mengapa pesawat tidak dialihkan menjadi pesawat angkut atau pesawat cargo berbadan besar.
Ada standar yang harus dipenuhi jika pesawat yang biasa dijadikan pesawat kargo.
Airbus A380 memiliki jarak jelajah sangat baik, dan memiliki kapasitas besar.
Masalah dari bobot pesawat A380 terlalu berat dan terlalu mahal untuk di operasikan
Bobot kosong masih kalah ringan dibanding Boeing 747-8F yang kompetitif.
Bila pesawat harus terbang, ternyata hanya sebagian ruangan terpakai. Artinya terlalu mahal ongkos perawatan, bahan bakar pesawat sehingga operator kargo dapat merugi atau setidaknya tidak mendapatkan keuntungan lebih banyak dibanding pesawat jenis lain.
Masalah kedua ruang pengisian barang, bila di dek atas hanya dapat diisi barang ringan. Dan penempatan di dek atas juga memerlukan rancangan arus barang harus tersedia di setiap bandara.
Arus masuk keluar barang di pesawat A380 yang terlalu besar menjadi lambat. Sementara kebutuhan pesawat cargo adalah kecepatan dalam arus keluar barang.
Pesawat harus turun di bandara, menurunkan barang bawaan dan terbang kembali ke tujuan lain secepatnya.
Airbus tidak pernah merancang A380 menjadi pesawat kargo karena model khusus untuk A380 cargo tidak jadi dibuat.
Maskapai lebih mencari pesawat tipe lain dari urutan teratas seperti Boeing 737, 777 serta urutan lain Airbus A330 .
Untuk pilihan A380 sebagai pesawat cargo ada di daftar terakhir.
Ketika anda masuk ke sebuah restoran di tahun 2007, dan memesan paket minuman Coke. Anda akan diberikan cangkirnya saja. Ketika anda membeli 1 kaleng minuman ringan $1, atau 1 eskrim $3. Bila
anda membeli 1 lusin minuman ringan harganya menjadi $3 dan $7 untuk 12 eskrim.