Oktober 2019Teknologi sekarang merubah radikal dari orang Amerika bekerja.
Bekerja jarak jauh lebih populer dari sebelumnya. Satu survei Gallup menemukan 43% orang Amerika kadang bekerja dirumah. Naik 39% dibanding mereka yang melakukan pekerjaan di rumah di tahun 2012.
Data sensor AS menunjukan 5,2% pekerja disana, sepenuhnya sudah bekerja di rumah pada tahun 2017. Jumlah tersebut sekitar 8 juta orang dari jumlah penduduk.
Survei terbaru sekitar 2000 pekerja profesional dan 1000 manajer perekrutan Linkedin menemukan 82% pekerja ingin bekerja dirumah. Setidaknya 1 hari setiap minggu. Dan kalau bisa 57% ingin bekerja 3 hari saja seminggu dirumah.
Indonesia. Data Kadin mengatakan teknologi internet merubah semua layanan konvensional ke bisnis digital. Sekarang siapa saja dapat melakukan usaha di rumah. Baik menjual atau memberikan layanan jasa mandiri.
Teknologi digital di Indonesia tidak dapat dihindari. Dan kesempatan melakukan pekerjaan cukup dirumah akan memungkinkan dengan peluang sangat besar.
Apa yang dimaksud dengan wirausaha online, tentu saja UMKM berbasis digital
Shopee salah satu toko online di Indonesia membuka 10 UMKM yang terpilih dengan reputasi sangat baik.
Yang terpilih tidak hanya menjual di Indonesia, tapi langsung ke pasar luar negeri.
Salah satu teknologi yang dimiliki raksasa toko online adalah pengiriman. Tidak hanya layanan biasa seperti estalase barang, melainkan layanan logistik yang mereka miliki dapat dimanfaatkan untuk usaha di Indonesia.
LinkedIn has released some fascinating numbers about remote work —
a fast-growing trend in the contemporary workforce. Here are a few:
• Almost half of professionals work from home at least one day per week
• 82% of working professionals would like to work from home one day a week or more, with 57% wanting to work from home 3 or more days
• 70% of hiring managers offer some sort of WFH -- 34% offer full-time work from home opportunities, 30% offer discretionary and 27% offer part-time
• 67% of hiring managers say candidates ask about opportunities to work from home

Yang menarik ada disini. Biro sensur memperkirakan pada tahun 2018, penghasilan karyawan yang bekerja adalah biaya perjalanan, mengemudi, atau transportasi umum. Pendapatan rata rata 2018 $42 ribu pertahun untuk mereka yang bekerja dirumah. Sedangkan pekerja biasa mendapatkan $38 ribu. pertahun.
Mereka yang berusia 25 tahun dengan pendidikan tinggi lebih memungkinkan bekerja di rumah. Dibanding pekerja lain yang pendidikan kurang tinggi atau tidak memiliki gelar.
Ironisnya, banyak karyawan mengatakan mereka rela mendapat penghasilan lebih sedikit untuk mendapat kesempatan bekerja dari rumah. Sebuah studi tahun 2017 oleh profesor ekonomi Universitas Princeton Alexandre Mas dan profesor ekonomi Harvard Amanda Pallais menemukan pelamar pekerjaan bersedia menerima gaji 8% lebih rendah untuk opsi bekerja dari rumah.
Tidak semua baik.
Studi yang dilakukan Swiss IWG menemukan 70% profeional yang bekerja di luar ruang kantor setidaknya 1x seminggu. Separuh pekerja bekerja dirumah dari setengah hari kerja setiap minggu.
Beberapa perusahaan memberikan ijin staf mereka secara penuh kerja di rumah, dan boleh datang ke kantor sesuai kebutuhan.
70% pekerja generasi milenium cenderung memilih perusahaan yang menawarkan pekerjaan di rumah.
Sebagian mengatakan akan terhindar dari gangguan di kantor, serta kemacetan di jalan yang panjang.
Masalah tidak semua orang dapat beradaptasi dengan keadaan tersebut.
Sebagian merasa adanya
tekanan, kecemasan dan harus selalu aktif. Karena teknologi akan menyentuh mereka kapan saja.
Hal ini ditemukan dari studi yang mengatakan 41% pekerja jarak jauh merasa stres mereka tinggi. Sedangkan karyawan kantor hanya 25% yang merasakan.
Akar permasalahan ada di mentalitas yang tidak terlihat. Ada rasa kurang kepercayaan, merasa sudah menjadi orang luar kantor, cenderung khawatir dibicarakan negatif oleh rekan kantor di belakang.
Studi tersebut tercatat 52% karyawan yang bekerja di rumah merasakan hal itu.
Kadang berbicara di email akan berdampak beda ketika berbicara langsung. Kadang email membuat karyawan remote merasakan terlalu langsung.
Hukum Yerkes-Dodson (disusun oleh psikolog Robert Yerkes dan John Dodson) menunjukan stress dapat menjadi titik tertentu menurunkan kinerja seseorang.
Jadi ada teknik tersendiri bagi mereka yang bekerja di rumah. Harus siap dan merasa nyaman. Dan dukungan dari perusahaan atau rekan mereka selama bekerja diluar kantor. Setidaknya dibutuhkan komunikasi dan bersosialisasi agar dapat berbagi masalah.
Januari 2013Freelancer atau pekerja lepas umumnya tidak mau bekerja secara resmi di
kantor. Bisa bebas bekerja dimana saja, tidak terganggu suara rekan
kerja, kolega dan bos. Mereka bekerja dengan kemampuan sendiri tapi tidak memiliki kantor.
Kantor resminya adalah kantor sewa yang disebut tempat Coworker.
Menjadi Freelancer membuat seseorang dapat
bekerja lebih baik, dan membuat lingkungan yang dibuat sendiri.
Bagaimana bila Freelancer bisa dikumpulkan kedalam satu ruangan dan
bekerja sama dan menjadi Freelancer yang bekerja sama sebagai
Co-working.
Individu
dari kelompok Co-working adalah orang yang memiliki keahlian
teresendiri. Kelompok Co-working bahkan bisa meningkatkan kegiatan
sosial mereka, 88 persen mengatakan dapat mengurangi terisolasinya
pekerjaan mereka dengan keberadaan Co-working. Hasilnya pekerjaan mereka
lebih meningkat.
Contoh
saja, sebuah Co-working dapat memiliki ketrampilan berbeda beda. Dari
disainer, penulis dan program, bahkan memiliki kesempatan untuk membuat
perusahaan baru yang dihasilkan dari gabungan bidang mereka.
Satu
tempat di Cohere letaknya dekat dengan universitas Colorado dan
memiliki 36 member. Jumlahnya tidak banyak dan sebagian member
mengunakan fasilitas kantor yang mereka sewa selam 5 hari, ada juga yang
mengunakan layanan 1 hari perminggu.
Ditempat tersebut ada 5 ruang
kantor private yang bisa disewa oleh member. Tempat lain yang disediakan
dari dapur, ruang kerja, ruang konferensi yang berisi 15 orang dan
tempat telepon tertutup yang dapat dipakai para member. Pastinya koneksi
internet sudah disediakan. Anggota disana adalah programmer dan
keahlian dibidang IT, penulis profesional dan disainer, konsultan,
peneliti, pengacara, akuntan, artis, musisi, pemasaran, fotographer
sampai public relation dan mahasiswa.
Tidak semua member datang setiap
hari, dan hanya 15 orang biasanya bekerja di Cohere. Hasil dari pekerja
Freelance bahkan dapat membuat sebuah perusahan baru, yang lainya
menghasilkan eBook untuk dipasarkan.
Kelompok
Co-working ini mulai berkembang di kalangan muda. Di Indonesia
setidaknya ada 3 kota. Yogyakarta, Bandung dan Jakarta. Mengapa
Freelancer memilih pekerjaan seperti ini.
Ada pendapat bila ekonomi
dalam kondisi melemah, dan mereka yang kehilangan kesempatan bekerja
lalu membentuk Co-working. Belum ada data pasti apakah mereka yang
bekerja Freelancer pernah bekerja sebagai karyawan atau langsung
memutuskan untuk menjadi Freelancer.
Tetapi kolaborasi antara Freelancer
membuat persahabatan diantaranya dan mampu meningkatkan produktivitas.
Bahkan membuat sebuah usaha baru.
Nilai
paling penting bagi mereka yang memiliki keahlian khusus dan menjadi
Freelancer adalah tempat dimana mereka bisa berkumpul yaitu Co-working
seperti di Cohere.
Dari sisi layanan, tempat yang disediakan bagi
Co-working di Indonesia masih minim. Sementara diluar negeri sudah
banyak tersedia tempat bagi Co-working tersebut.
Dari sisi pekerjaan,
belum diketahui apakah perusahaan di Indonesia mau membuka kesempatan
lebih luas bagi Freelancer atau Co-working. Sementara diluar negeri
banyak perusahaan memilih memberikan pekerjaan bagi Co-working.
Setidaknya beberapa tempat sudah tersedia untuk pekerja kelas ini.
Dengan
alasan lebih terjamin dengan kemampuan Freelancer, lebih menghemat biaya
dibanding mencari staf baru yang memiliki keahlian khusus.