Mungkin kita bertanya, mengapa dari tahun ke tahun udara semakin panas.
Lalu mencari penyebab suhu panas itu berasal dari mana.
Mengapa di Bulan suhu dapat mencapai 127 derajat Celcius, dan sudah lebih panas dari suhu air mendidik. Bahkan pada sisi gelap Bulan akan turun mencapai -173 derajat Celcius
Bumi memiliki suhu relatif stabil. Di garis khatulistiwa, rentang suhu antara 25 - 32 derajat C. Dan di sub-tropis memiliki rentang tidak berbeda jauh.
Tetapi, apakah suhu Bumi stabil bertahun tahun, bagaimana dengan beberapa tahun kedepan. Bila ada yang mengatakan Bumi semakin panas, setidaknya lebih panas dari 1 abad lalu.
Bagaimana mengurangi dampak manusia dengan bumi, setidaknya menahan agar suhu tidak lebih panas lagi di masa mendatang. Bahkan dapat diturunkan lebih dingin dibanding hari ini.
Dari semua pertanyaan dengan suhu panas, udara, perubahan cuaca. Semua berasal dari atmofer, karena dari sanalah sinar matahari masuk ke Bumi.
Mencari penyebab terjadinya suhu atmosfer semakin panas, disebabkan hal sederhana.
Manusia di Bumi membutuhkan panas, dan diberikan oleh cahaya matahari dalam bentuk gelombang inframerah / infrared.
Panas cahaya matahari masuk ke Bumi dan menyentuh bagian permukaan planet. Cahaya matahari membawa gelombang berbagai gelombang, dan salah satunya gelombang inframerah yang menghasilkan panas.
Tapi sebagian besar radiasi cahaya matahari di pantulkan kembali oleh atmofer Bumi.
Atmofer Bumi menjadi perisai agar tidak seluruh gelombang inframerah yang panas dari matahari masuk. Membuat suhu bumi menjadi ideal setidaknya seperti sekarang ini.
Peran atmofer Bumi paling penting
Gas di Atmofer Bumi , memiliki 4 unsur gas terbesar.
CH4 Metana, CO2 Karbon Dioksida, )2 Oksigen dan N2 Nitrogen.
Ke 4 gas terbesar inilah yang membuat bumi layak ditinggali, dan semua unsur gas memiliki proporsi yang tepat agar panas bumi berada di suhu ideal. Membuat Bumi tidak menjadi bola es, dan tidak menjadi bola panas.

Tetapi aktivitas manusia dan alam menghasilkan gas. Dari masalah gas terbesar adalah gas buang kendaraan, serta pembangkit listrik konvensional .
Alam juga memproduksi gas karbon seperti dari aktivitas gunung berapi yang melemparkan gas ke atmofer Bumi.
Gas tersebut dapat naik dan terakumulasi di atmofer lalu terjebak diatas sana.
Disinilah masalah yang terjadi, ketika satu jenis gas terlalu banyak.
Ketika gas jumlahnya semakin banyak, 2 jenis gas CO2 dan CH4 memiliki sifat berbeda dibanding 2 gas lain O2 dan N2.
Gas oksigen atau O2 dihasilkan oleh tumbuhan, dan gas N2 relatif tidak banyak digunakan kecuali kita bsia merubah.
2 gas lainya inilah yang membuat masalah di atmofer bila jumlah terlalu besar.
Gas CO2 dan CH4 memiliki sifat menyerap panas. Memberikan efek seperti rumah kaca.
Bagaimana terjadinya efek rumah kaca. Ketika panas di pantulkan oleh permukaan Bumi, maka panas diserap oleh gas CO2 di atmofer.
Dan panas akhirnya kembali lagi memantul kembali di atmofer.
Bagaimana membuktikan gas CO2 dan CH4 memiliki sifat berbeda dibanding O2 dan N2.
Pada test dibawah ini. Terdapat 4 tabung gelas tertutup yang di isi oleh 4 gas berbeda.
Dibawahnya ditempatkan kain yang dipanaskan, digunakan untuk melihat apakah 4 gas terbesar di atmofer tersebut bereaksi dengan panas.
Gas O2 dan N2
Gambar dibawah ini adalah pengujian dari gas O2 Oksigen dan N2 Nitrogen.
Terlihat pada bagian dalam gelas, gas tidak memiliki dampak dari pencintraan gambar inframerah.
Gelas terlihat tembus pandang dengan warna merah di dalamnya, diartikan kedua gas tidak menyerap gelombang panas dari panas yang dihasilkan pada kain
Gas CO2 dan CH4
2 gas CO2 dan CH4 ternyata berbeda.
Bagian dalam gelas terlihat berubah warna lebih me-merah.
CO2 terlihat memiliki warna lebih pekat, diartikan lebih menyerap panas dibanding gas O2 dan N2
Yang lebih berbahaya, gas Metana CH4, memiliki sifat menyerap panas paling kuat dengan perubahan warna paling drastis.
Sejauh ini gas metana belum banyak terakulumasi di atmofer Bumi. Dan peningkatan terbesar di dominasi gas CO2.
Bagaimana dengan meningkatkanya gas CO2 di atmofer.
Dengan melihat ke-4 gas tersebut, dapat disimpulkan. Gas CO2 dan CH4 (Karbon Dioksida dan Metana) sangat mempengaruhi suhu Bumi.
Gas CO2 yang dihasilkan oleh alam seperti gunun berapi. Membuat planet Bumi lebih ideal untuk mahluk hidup.
Ekosistem gas menjadi seimbang dari ratusan ribu tahun lalu selepas dari jaman es.
Bumi memiliki beberapa masa yang sangat berbeda.Zaman bola salju Snowball - terjadi antara 2,4-2,1 miliar tahun lalu
Zaman membeku - terjadi antara 850 -630 juta tahun lalu.
Zaman kepunahan masal / Mass extinction 460 - 430 juta tahun lalu- ketika mahluk ukuran raksasa punah.
Zaman tanaman di darat - 350-260 juta tahun lalu - Masih diseliputi es, planet mulai menyerap gas CO2 dari tanaman.
Zaman antarika membeku 14 juta tahun lalu - Suhu di Antartika sebelumnya masih gurun, dan tidak terlalu membeku. Tetapi tumbuhan menyerap gas CO2. Suhu bumi turun, pada 66 juta tahun lalu akibat debu gunung berapi menghalangi cahaya matahari. Hal lain diperkirakan akibat meteor besar yang jatuh menabrak Bumi.
Zaman es baru 2,58 juta tahun lalu - tidak diketahui penyebabnya, mungkin sumbu Bumi berubah. Tapi bumi masih disebut jaman es.
Zaman es manusia 110 -12 ribu tahun lalu - Suhu dingin mulai berakhir dan bumi memanas. Dan munculnya manusia purba yang merubah mereka dari berburu ke pertanian. Pada periode terakhir, daratan di Eropa mulai menjadi Tundra,
Dari zaman es, bumi terus memanas. Terlebih revolusi industri yang dimulai pada awal abad ke 19.
Dampaknya gas CO2 perlahan terus meningkat.
Terlihat pada kandungan atmofer yang dicatat oleh satelit pengamat gas di atmofer
Sejauh ini gas CO2 di atmofer yang terus meningkat.
Bersamaan dengan suhu panas rata rata di Bumi juga meningkat.

Ketika suhu memanas di wilayah Selatan Indonesia Oktober 2019. Layanan kesehatan menerima peningkatan 10% pasien, yang terkait dengan udara panas.
Suhu yang rata rata hanya naik 2-4 derajat Celcius, tubuh manusia belum mampu beradapasi dengan cepat.
Bumi memanas bukan diakibatkan alam. Tapi lebih banyak disebabkan gas CO2 yang semakin banyak di atmofer Bumi.
Siapa yang menghasilkan gas CO2, tentu kita sudah mengetahui.
Pemantau negara penghasil gas karbon
Dengan teknologi satelit, setiap negara dapat dipantau dari mana asal gas CO2.
Satelit
Copernicus dapat mengukur gas karbon dioksida di atmofer. Satelit terbaru nantinya akan diluncurkan tahun 2026, memiliki kemampuan pemantauan gas CO2 antropogenik. Data satelit diharapkan dapat dicatat pada tahun 2028 nanti. Sehingga setiap negara dapat mengurangi emisi CO2.
Gas rumah kaca buatan manusia, seperti pembakaran fosil, dan bukan gas CO2 alami dapat dibedakan dari satelit.
Jejak karbon yang dipancarkan di setiap kota dapat terditeksi, termasuk pencemaran dari pembangkit listrik besar kata Profesor Pinty.
Satelit nantinya akan memantai 200km band di setiap lokasi planet setiap 3 hari dengan resolusi 2x2 km.
Data akan dioleh oleh computer canggih dan pemodelan matematika. Sehingga setiap negara dapat dipantau, seberapa besar mereka membuang gas CO2 ke udara.
Air minum tidak terasa sudah menjadi barang mewah bagi sebagian masyarakat. Bagaimana minuman kemasan dibuat. Dimulai dari sumber air, dimurnikan,
dimasukan kedalam botol plastik, disegel, diberi merek dan informasi
kandungan bahan mineral dengan label, dibawah ke truk atau dikirim
dengan kapal dan sampailah di restoran atau kafe di Amerika